RESPON TELINGA PADA BUNYI
Telinga kita tidaklah memiliki sensitivitas yang sama pada setiap frekuensi bunyi yang didengar. Untuk mendengar bunyi yang sama kuatnya dari frekuensi yang berbeda, ternyata telinga kita membutuhkan intensitas yang berbeda. Berdasarkan hasil riset yang dilakukan, telinga kita akan merasakan sama kuatnya pada frekuensi yang berbeda seperti ditunjukkan pada gambar.
Pada grafik tersebut, setiap kurva menunjukkan bunyi yang terlihat sama kuatnya (kerasnya) pada frekuensi yang berbeda. Adapun kurva yang dilabeli menunjukkan level taraf intensitas bunyi dalam satuan phon. Satu phon secara numerik sama dengan bunyi di satuan dB pada frekuensi 1000 Hz. Contohnya pada kurva yang dilabeli 40, menunjukkan bunyi yang didengar oleh rata-rata manusia pada frekuensi 1000 Hz yang memiliki taraf intensitas bunyi sebesar 40 dB. Dari kurva 40-phon ini, kita dapatlah memahami bahwa bunyi pada frekuensi 100 Hz akan sama kuatnya didengar oleh telinga kita dengan bunyi pada frekuensi 1000 Hz apabila ia memiliki taraf intensitas sebesar 62 dB.
Pada grafik diatas pada kurva yang dilabeli 0 menunjukkan taraf intensitas bunyi sebagai fungsi frekuensi untuk ambang batas pendengaran. Ambang batas pendengaran merupakan bunyi terlembut yang masih didengar oleh telinga. Telinga kita sangatlah sensitif pada frekuensi antara 2000 and 4000 Hz. Frekuensi ini biasanya digunakan saat kita berpidato dan juga merupakan frekuensi yang dihasilkan alat musik. Dari grafik ini kita juga dapat kita pahami frekuensi ini ternyata memiliki ambang batas pendengaran pada taraf intensitas di bawah 0 dB.
Teman-teman, ternyata dapat kita pahami bahwa semakin tinggi frekuensi,kita akan mendapati taraf intensitas yang semakin kecil untuk mendapatkan kuat bunyi yang sama. Fenomena ini digunakan pada sistem sound stereo untuk mengontrol volume bunyi. Melalui kontrol atau kendali ini kita akan mendengar bunyi yang nyaman. Contoh dari aplikasinya adalah "Dolby Audio" (mohon maaf tidak bermaksud iklan). Pada Dolby audio kendali volume dilakukan salah satunya dengan memperhatikan hal ini.
Referensi :
Giancoli, D.C, 2009, Physics for scientists and engineers with Modern Physics, New York : Practice Hall
https://www.dolby.com/us/en/brands/dolby-audio.html
 |
| Figure. Sensitivity of the human ear as a function of frequency (see text). Note that the frequency scale is “logarithmic” in order to cover a wide range of frequencies. |
Pada grafik tersebut, setiap kurva menunjukkan bunyi yang terlihat sama kuatnya (kerasnya) pada frekuensi yang berbeda. Adapun kurva yang dilabeli menunjukkan level taraf intensitas bunyi dalam satuan phon. Satu phon secara numerik sama dengan bunyi di satuan dB pada frekuensi 1000 Hz. Contohnya pada kurva yang dilabeli 40, menunjukkan bunyi yang didengar oleh rata-rata manusia pada frekuensi 1000 Hz yang memiliki taraf intensitas bunyi sebesar 40 dB. Dari kurva 40-phon ini, kita dapatlah memahami bahwa bunyi pada frekuensi 100 Hz akan sama kuatnya didengar oleh telinga kita dengan bunyi pada frekuensi 1000 Hz apabila ia memiliki taraf intensitas sebesar 62 dB.
Pada grafik diatas pada kurva yang dilabeli 0 menunjukkan taraf intensitas bunyi sebagai fungsi frekuensi untuk ambang batas pendengaran. Ambang batas pendengaran merupakan bunyi terlembut yang masih didengar oleh telinga. Telinga kita sangatlah sensitif pada frekuensi antara 2000 and 4000 Hz. Frekuensi ini biasanya digunakan saat kita berpidato dan juga merupakan frekuensi yang dihasilkan alat musik. Dari grafik ini kita juga dapat kita pahami frekuensi ini ternyata memiliki ambang batas pendengaran pada taraf intensitas di bawah 0 dB.
Teman-teman, ternyata dapat kita pahami bahwa semakin tinggi frekuensi,kita akan mendapati taraf intensitas yang semakin kecil untuk mendapatkan kuat bunyi yang sama. Fenomena ini digunakan pada sistem sound stereo untuk mengontrol volume bunyi. Melalui kontrol atau kendali ini kita akan mendengar bunyi yang nyaman. Contoh dari aplikasinya adalah "Dolby Audio" (mohon maaf tidak bermaksud iklan). Pada Dolby audio kendali volume dilakukan salah satunya dengan memperhatikan hal ini.
Referensi :
Giancoli, D.C, 2009, Physics for scientists and engineers with Modern Physics, New York : Practice Hall
https://www.dolby.com/us/en/brands/dolby-audio.html
0 Response to "RESPON TELINGA PADA BUNYI"
Post a Comment