Pada minggu 18 Juni 2023 satelit SATRIA-1 diluncurkan di Cape Canaveral, Florida. Satelit SATRIA-1 memiliki fungsi untuk meningkatkan kapasitas layanan telekomunikasi termasuk internet di Indonesia. Satelit SATRIA -1 memiliki ketinggian 1.595 m dari permukaan bumi dengan kecepatan orbit sebesar 32004 km/jam.
Gambar 1. Satelit SATRIA-1 mengorbit di Bumi |
Pertama kali, satelit diluncurkan menggunakan roket keluar dari atmosfer bumi. Satelit SATRIA-1 memanfaatkan roket dari SpaceX untuk meluncurkannya ke atmosfer. Roket memanfaatkan konsep gaya aksi-reaksi, dimana bahan bakar yang dilepaskan memberikan gaya aksi, sebagai reaksinya adalah gaya angkat sesuai dengan hukum ketiga Newton.
Gambar 2. Roket SpaceX membawa satelit SATRIA-1 |
Hukum kekekalan energi mekanik akan berlaku:
dimana G adalah konstanta gravitasi dengan nilai \(6,672\times10^{-11} Nm^2/kg^2\), M adalah massa bumi dengan nilai \(5,9742\times 10^{24} kg\), dan r adalah radius bumi dengan nilai 6,371 km.
Melalui perhitungan kita akan mendapatkan kecepatan lepas sebesar 11186.11 m/s.
Try phyton code:
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 48 | // import math G=6.672*10**(-11) M= 5.9742*10**(24) r=6371000 v=math.sqrt(2*G*M/r) print("velocity escape",v, "m/s") |
Hasil: https://www.w3schools.com/python/
Satelit SATRIA-1 mengorbit pada lapisan eksosfer pada ketinggian 1.595 m dari permukaan laut. Saat mengorbit di eksosfer, satelit ini masih terpengaruh oleh gaya gravitasi Bumi. Akan tetapi, satelit SATRIA-1 tidak jatuh ke Bumi lantaran diimbagi oleh gaya sentripetal saat mengorbit sesuai dengan ilustrasi Gambar 2.
Gambar 2. Ilustrasi orbit satellite SATRIA-1 |
Gaya sentripetal ini setara dengan gaya gravitasi bumi, sehingga:
\(\frac{GMm}{r^2}=m\frac{v^2}{r}\)
Kecepatan orbit akan sebesar:
\(v=\sqrt{\frac{GM}{r}}\)
Jarak r ini akan setara \(r=R+h\) yang berarti kecepatan satelit akan menjadi:
\(v=\sqrt{\frac{GM}{R+h}}\)
Melalui perhitungan kita kita dapat memperkirakan kecepatan satelit SATRIA-1 sebesar 7073 m/s. Berdasarkan data dari SpaceX kecepatan orbit satelit SATRIA-1 sebesar 32004 km/jam atau setara 8890 m/s berbeda 20% dari hasil nyata. Tentunya hasil ini cukup berbeda, karena kita menyederhanakan konsep dengan menganggap lintasan orbit berbentuk lingkaran.
Try in phyton: https://www.w3schools.com/python/
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 48 | // import math
G=6.672*10**(-11)
M= 5.9742*10**(24)
R=6371000
h=1595000
r=R+h
v=math.sqrt(G*M/r)
print("velocity orbit is",v, "m/s") |